Laman

Jumat, 17 Juni 2011

WISATA ADAT MASJID JAMI


Selayang Pandang
Konon, sebelum Habib Husein Alkadri bertolak dari Hadramaut, Yaman Selatan, menuju kawasan timur, gurunya berwasiat supaya mencari permukiman yang berada di pinggir sungai yang masih ditumbuhi pepohonan hijau. Ketika diangkat menjadi hakim agama Kerajaan Matan dan Kerajaan Mempawah, beliau pun meminta kepada kedua sultan dari kerajaan-kerajaan tersebut untuk dibuatkan sebuah permukiman seperti yang diwasiatkan gurunya.
Pada tahun 1770 M, Habib Husein Alkadri wafat di Kerajaan Mempawah. Tiga bulan kemudian, anak beliau yang bernama Syarif Abdurrahman bersama dengan saudara-saudaranya, sepakat untuk meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mencari daerah permukiman baru. Pada tanggal 23 Oktober 1771 M (24 Rajab 1181 H), rombongan Syarif Abdurrahman menemukan lokasi yang sesuai di delta Sungai Kapuas Kecil, Sungai Landak, dan Sungai Kapuas. Setelah delapan hari bekerja menebas hutan, rombongan ini lalu mendirikan tempat tinggal dan sebuah langgar.

Seiring dengan pesatnya perkembangan kawasan tersebut, lambat-laun langgar sederhana itu pun kemudian berubah menjadi masjid. Sultan Syarif Usman (1819-1855 M), sultan ke-3 Kesultanan Pontianak, tercatat sebagai sultan yang pertama kali meletakkan fondasi bangunan masjid sekitar tahun 1821 M/1237 H. Bukti bahwa masjid tersebut dibangun oleh Sultan Syarif Usman dapat dilihat pada inskripsi huruf Arab yang terdapat di atas mimbar masjid yang menerangkan bahwa Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman dibangun oleh Sultan Syarif Usman pada hari Selasa bulan Muharam tahun 1237 Hijriah. Berbagai penyempurnaan bangunan masjid terus dilakukan oleh sultan-sultan berikutnya hingga menjadi bentuknya seperti yang sekarang ini.
Untuk menghormati jasa Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri, pendiri Kota Pontianak dan sultan pertama Kesultanan Pontianak, masjid yang berada di sebelah barat Istana Kadriah itu pun diberi nama Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman.
B. Keistimewaan
Masjid yang memiliki panjang 33,27 meter dan lebar 27,74 meter ini merupakan masjid tertua dan terbesar di Pontianak. Masjid yang undak (seperti tajug ala arsitektur Jawa) paling atasnya mirip mahkota atau genta besar khas arsitektur Eropa ini menjadi saksi sejarah perubahan demi perubahan yang terjadi di Kota Pontianak dan sekitarnya.
Mayoritas konstruksi bangunan masjid terbuat dari kayu belian pilihan. Dominasi kayu belian masih dapat dilihat pada pagar, lantai, dinding, menara, dan sebuah bedug besar yang terdapat di serambi masjid. Enam tonggak utama (soko guru) penyangga ruangan masjid yang berdiameter 60 sentimeter juga terbuat dari kayu belian. Konon, tonggak-tonggak tersebut telah berusia lebih dari 170 tahun. Selain enam tonggak utama, terdapat empat belas tiang pembantu yang berfungsi sebagai penyangga ruangan masjid.
Pengaruh arsitektur Eropa terlihat pada pintu dan jendela masjid yang cukup besar, sedangkan pengaruh Timur Tengah terlihat pada mimbarnya yang berbentuk kubah.
Seperti bangunan rumah Melayu pada umumnya, masjid ini juga memiliki kolong di bawah lantainya. Meski persis berada di atas air Sungai Kapuas, masjid ini tidak pernah kebanjiran karena fondasi masjid berjarak sekitar satu setengah meter di atas permukaan tanah.
C. Lokasi
Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman terletak di Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini hanya berjarak sekitar 200 meter di sebelah barat Istana Kadriah.



D. Akses
Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman berada di dekat pusat Kota Pontianak. Lokasi masjid dapat dijangkau melalui jalur sungai dan jalur darat. Pengunjung yang memilih jalur sungai dapat mengaksesnya dengan menggunakan sampan atau speed boat dari Pelabuhan Senghie, sedangkan pengunjung yang menggunakan jalur darat dapat naik bus yang melewati jembatan Sungai Kapuas.
E. Harga Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di kawasan Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman terdapat pramuwisata, pendopo tempat istirahat, dan toilet. Di sekitar kawasan tersebut juga terdapat restoran terapung, warung makan, kios wartel, voucher isi ulang pulsa, sentra oleh-oleh dan cenderamata, serta persewaan sampan dan speed boat untuk mengelilingi kawasan masjid.

WISATA TUGU KHATULISTIWA


Selayang Pandang
Kota Pontianak merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh garis imajiner khatulistiwa. Untuk menandainya, dibangunlah sebuah tugu yang diberi nama Tugu Khatulistiwa (Equator Monument).
Secara historis, pembangunan tugu yang menjadi ikon Kota Pontianak ini telah dimulai pada tahun 1928, bersamaan dengan sebuah ekspedisi internasional yang dipimpin oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan garis imajiner khatulistiwa. Saat itu, bangunannya masih sederhana, yakni berupa sebuah tonggak yang diberi tanda panah penunjuk arah. Pada tahun 1938, arsitek Silaban merenovasi tugu tersebut dan menambahkan sebuah lingkaran di atas tonggaknya. Baru pada tahun 1990, dengan niat untuk melindungi tugunya yang asli, pemerintah daerah setempat berinisiatif membangun sebuah kubah. Kemudian, di atas kubah tersebut dibuat duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari ukuran tugu yang aslinya.
Pada bulan Maret 2005, sebuah tim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengkoreksi lokasi titik nol garis khatulistiwa yang sebenarnya. Setelah melalui serangkaian pengkajian yang mendalam, tim dari BPPT menyimpulkan bahwa posisi 0 derajat, 0 menit, dan 0 detiknya ternyata berada sekitar 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari lokasi tugu yang sekarang ini.

B. Keistimewaan
Garis khatulistiwa yang melewati Kota Pontianak merupakan satu-satunya garis khatulistiwa di dunia yang persis membelah bumi secara horizontal menjadi belahan utara dan belahan selatan. Maka, berdiri di titik lintang nol yang terdapat di tugu tersebut tentunya menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi pengunjung.
Uniknya, bangunan tugu ini terbuat dari kayu ulin, bukan dari semen, sebagaimana bangunan tugu atau monumen pada umumnya. Pengunjung diperbolehkan melihat bangunan tugunya yang asli, melihat dokumentasi sejarah pembangunan tugu dari awal berdirinya hingga sekarang ini, sehingga pengunjung dapat memperoleh pengetahuan dasar tentang ilmu bumi dan astronomi. Di sana juga terdapat sebuah papan informasi yang menunjukkan statistik pengunjung baik domestik maupun mancanegara.
Tugu ini sangat ramai dikunjungi wisatawan pada saat terjadinya fenomena titik kulminasi matahari yang bersiklus dua kali setahun. Siklus yang terjadi pada tanggal 21-23 Maret dinamakan vernal equinox (titik pertemuan pertama) sebagai tanda awal musim semi, sedangkan siklus yang terjadi pada tanggal 21-23 September dinamakan autumnal equinox (titik pertemuan kedua) sebagai tanda awal musim gugur.
Meski hanya sekitar 5-10 menit, melihat langsung benda-benda yang berada di sekitar tugu tersebut tidak memiliki bayangan, tentu saja menimbulkan sensasi tersendiri yang sulit untuk dilukiskan bentuknya. Untuk merayakan dua momen tersebut, biasanya di kawasan tugu digelar berbagai kegiatan, seperti atraksi kesenian tradisional daerah setempat, pameran lukisan, dan lain sebagainya.
Hanya dengan membayar Rp 10.000,- saja, pengunjung akan mendapat sertifikat sebagai bukti bahwa ia pernah mengunjungi Tugu Khatulistiwa. Pada sertifikat tersebut terdapat foto yang bersangkutan dan tanda tangan Walikota Pontianak.
Pada sore hari, kawasan ini tepat sekali dijadikan sebagai tempat untuk bersantai bersama keluarga atau sekadar untuk melepas penat sehabis bekerja seharian. Pada malam hari, eksotisme kawasan ini kian terasa. Dari lokasi taman, pengunjung dapat menikmati keindahan Sungai Kapuas yang memanjang. Kerlap-kerlip lampu dari daerah seberang Sungai Kapuas menambah daya tarik objek wisata ini.
C. Lokasi
Tugu Khatulistiwa berada di Jalan Khatulistiwa, Kelurahan Siantan, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.



D. Akses
Lokasi Tugu Khatulistiwa berjarak sekitar 5 kilometer di sebelah utara dari pusat Kota Pontianak. Dari Kota Pontianak, pengunjung dapat naik bus atau angkutan kota yang menuju lokasi tugu tersebut.
E. Harga Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di sekitar kawasan Tugu Khatulistiwa terdapat berbagai fasilitas, seperti masjid, restoran, rumah makan, warung, toko suvenir, areal parkir yang luas dan aman, serta wisma dan hotel dengan berbagai tipe.

WISATA BAKA BUKIT RAYA

Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi dengan ibukotanya Pontianak , dan mempunyai banyak sekali obyek wisata antara lain Wisata Alam, Wisata Sejarah, Wisata Budaya, Wisata Minat Khusus, Wisata Kuliner, Wisata Olah Raga, Wisata Belanja , dari sekian banyak Obyek wisata Kalimantan Barat yang sangat terkenal yaitu Wisata Alam Taman Baka Bukit Raya
Taman Baka Bukit Raya
Karya-budaya suku Dayak ,patung-patung kayu leluhur yang terbuat dari kayu belian, kerajinan rotan/bambu/pandan dan upacara adat.
Pendakian, menyelusuri sungai dan pengamatan satwa/tumbuhan, Ke Puncak Bukit Baka Melalui Dusun Nanga Juoi Kecamatan Manukung.
Sungai Senamang, Sepan Apui dan Sungai Ella. Arung jeram, sumber air panas, padang pengembalaan rusa, Air Terjun.
Pengamatan satwa / tumbuhan (bunga raflesia ,macan dahan , orangutan , beruang madu , lutung merah , kukang , rusa sambar , bajing terbang ,musang belang, Burung Kuau kerdil)
Cara pencapaian lokasi: Pontianak -Sintang-Nanga Pinoh (mobil) - Nanga Nuak dengan speedboat – taman nasional (mobil). Atau Palangkaraya-Kasongan (mobil) – Tumbang Samba(speedboat)-Tumbang Hiran - Tumbang Senamang dan Kutuk Sepanggi

WISATA SUNGAI KAPUAS


Selayang Pandang
Sungai Kapuas membentang dari Provinsi Kalimantan Barat Hingga Kalimantan Selatan. Panjangnya mencapai 1.143 km dan merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Di antara kebudayaan-kebudayaan yang ada di sepanjang Sungai Kapuas, aliran sungai ini melewati Kota Pontianak. Meskipun sepenggal namun aliran Sungai Kapuas adalah urat nadi dari Kota Pontianak. Sungai Kapuas Pontianak adalah pusat jalur perdagangan dan transportasi. Sehari-harinya berbagai jenis moda transportasi air tumpah ruah di sungai ini. Kapal motor, perahu-perahu tradisional serta kapal-kapal pengangkut hasil bumi hilir mudik menghiasi sungai. Bagi siapa pun yang pertama kali berkunjung ke Sungai Kapuas Pontianak, pemandangan hilir mudik kapal-kapal tersebut pasti akan membuat decak kagum bahwa ternyata kapal-kapal tersebut mengapung di atas sebuah sungai.
Panjang Sungai ini memang mencolok mata, begitu pun lebarnya. Tercatat rata-rata lebar Sungai Kapuas Pontianak adalah 400-700 meter. Jika dibandingkan dengan jalan di darat, di belahan bumi mana pun tidak ada jalan raya selebar itu. Secara keseluruhan aliran Sungai Kapuas yang dapat dilayari oleh kapal besar seukuran ferry adalah sepanjang 800 km atau hingga ke Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Jarak tersebut hampir sama dengan jarak antara Kota Surabaya-Jakarta.
Sungai Kapuas Pontianak dengan percabangan dua anak sungainya yakni Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak, membelah Kota Pontianak menjadi 3 bagian. Yakni Pontianak Barat dan Selatan, Pontianak Timur, dan Pontianak Utara. Ada dua jembatan yang membentang di atas Sungai Kapuas Pontianak dan anak sungainya. Yang pertama adalah Jembatan Kapuas sepanjang 410 meter dibangun tahun 1983, menghubungkan Pontianak Selatan dengan Timur. Sedangkan Jembatan Landak sepanjang 319 meter menghubungkan Pontianak Timur dengan Utara. Selain pembagian di atas, ada juga pembagian yang lazim dipakai oleh warga. Yang pertama adalah kawasan kota, kawasan yang terdiri dari perkebunan dan sedikit kota serta, yang terakhir adalah kawasan kota lama. Dengan pembagian ini bisa ditunjukkan kilas sejarah dan perkembangan warga di sekitar sungai.
Di kawasan kota, wisatawan dapat melihat hiruk pikuk aktivitas kota versi warga Pontianak. Di wilayah ini juga terdapat bangunan-bangunan baru yang dibangun dengan lebih mempertimbangkan aspek fungsionalnya dibanding keaslian arsitekstur asli Pontianak. Namun sayang, pemanfaatan Sungai Kapuas Pontianak di kawasan ini memudar seiring makin berkembangnya kawasan kontinental. Di kawasan kedua, sisa dari kehidupan Kota Pontianak masih terlihat, namun kawasan ini didominasi oleh perkebunan terutama kelapa sawit. Di sinilah banyak dijumpai kapal-kapal pengangkut hasil perkebunan serta hasil bumi lain seperti kayu, batu bara dan pasir. Sedangkan, kawasan kota lama merupakan propotipe masyarakat tradisonal Sungai Kapuas. Warga di kawasan ini, sebagian besar masih mengandalkan kehidupan ekonominya dengan mencari ikan di sepanjang Sungai Kapuas. Cara dan perlengkapan yang digunakan juga masih tradisonal. Di atas perahu kayu, warga pencari ikan ini bisa mengunduh sekitar 300 jenis ikan yang memang mendiami Sungai Kapuas. Salah satu ikan yang menjadi primadona adalah ikan patin.
Sebagaimana kebudayaan lain di sepanjang Sungai Kapuas, sungai ini juga berperan dalam sejarah berdirinya Kota Pontianak. Pada tahun 1192 H 23 Oktober 1771 (14 Radjab 1185 H), pendiri Kota Pontianak yakni Syarif Abdurrahman Alkadrie pertama kali mendirikan balai dan rumah di persimpangan tiga antara Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak. Balai dan rumah inilah yang menjadi cikal bakal Kasultanan Pontianak. Menurut cerita, pendirian balai dan rumah Syarif Abdurrahman ini dimulai tatkala dia diganggu oleh sejenis hantu kuntilanak. Untuk mengusir gangguan hantu tersebut Syarif Abdurrahman pergi menyusuri Sungai Kapuas Pontianak dan akhirnya melepaskan tembakan meriam. Lokasi dimana peluru meriam jatuh itulah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu meluncur melewati simpang tiga Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak kemudian jatuh di daerah yang kini lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau Kota Pontianak. Jejak rekam sejarah seperti itulah yang menjadikan Sungai Kapuas tersimbolisasi dalam lambang Kota Pontianak
B. Keistimewaan
Fungsi ekonomi, sosial dan transportasi yang diakomodasi dengan sangat baik oleh Sungai Kapuas Pontianak, menjadikan sungai ini pusat dari semua aktivitas warga Pontianak. Di pagi hari wisatawan dapat menikmati indahnya landskap langit yang menaungi sungai ini. Kapal-kapal yang sedang berlabuh di sisi sungai bisa menambah indahnya lanskap ini. Kombinasi objek tersebut tentunya cocok jika dibidik lensa kamera dari jarak jauh.


Suasana Pagi di Sungai Kapuas
Sumber Foto: http://khatulistiwa.site50.ne
Mengunjungi Pontianak tanpa menyusuri Sungai Kapuas hampir serupa dengan peribahasa sayur tanpa garam. Dengan menyusuri Sungai Kapuas ini wisatawan bisa melihat keseharian warga sekitar. Kebiasaan mandi di pinggir sungai masih lazim ditemui. Kebiasaan mandi ini sendiri biasanya dilakukan oleh warga sebanyak tiga kali dalam sehari. Beragamnya etnis suku warga yang tinggal di sekitar Sungai juga bisa dinikmati sebagai sajian wisata budaya. Campur baur etnis Melayu, Banjar, Dayak, Tionghoa serta etnis lain, menjadikan Sungai Kapuas Pontianak kaya akan hasil akulturasi budaya. Salah satunya bisa terlihat dari logat berbicara serta masakan-masakan peranakkannya.
Bagi penikmat kuliner, jajaran rumah makan di sisi sungai juga tidak bisa dilewatkan. Beragam menu khas seperti kerupuk basah, ikan tomar bakar serta aneka menu berbahan dasar ikan air tawar sukar dilupakan lidah, mengingat ikan-ikan tersebut di dapat asli dari Sungai Kapuas. Selain itu, di sepanjang Sungai Kapuas. Wisatawan juga bisa menjumpai beragamnya arsitekstur bangunan penduduk. Di antarannya bangunan di kawasan pecinan, arsitekstur peninggalan Kasultanan Pontianak seperti Masjid Jami’, serta Keraton Kadriyah yang letaknya ada di delta sungai di kawasan kota lama.
Shalat Ied di Sungai Kapuas Pontianak
C. Lokasi
Sungai Kapuas Pontianak, terletak di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
D. Akses
Dari kota Pontianak, wisatawan dapat memulai perjaanan menuju Sungai Kapuas Pontianak melalui Jalan Gajahmada. Setelah itu, wisatawan menggunakan moda angkutan darat berupa oplet (sebutan angkutan umum dalam Bahasa Melayu) jurusan Tanjung Hilir. Trayek angkutan ini bisa dikenali dari cat mobilnya yaitu putih dengan garis hijau tua. Dalam perjalanan ini titik pemberhentian wisatawan adalah Kraton Kadriyan. Ongkos angkutan ini berkisar Rp. 2.000-3.000 (Januari 2008).
E. Harga Tiket
Pengunjung bisa menelusuri wisata Sungai Kapuas Pontianak secara gratis, karena objek ini tidak memungut tarif biaya masuk
F. Akomasi dan Fasilitas Lainnya
Di sepanjang Sungai Kapuas Pontianak, terdapat rumah makan dan restoran khas Pontianak dengan menu-menu ikan yang sebagian besar berasal dari Sungai Kapuas. Persebaran yang sama juga untuk akomodasi berupa penginapan. Bagi wisatawan yang memilih kualifikasi hotel berbintang, di jantung kota Pontianak terdapat beberapa pilihan yang bisa menjadi alternatif. Sementara itu di bagian hulu sungai, toko sovenir serta art shop siap melayani kebutuhan wisatawan akan cinderamata dan kerajinan khas Pontianak.

Biasanya untuk memulai perjalanan menyusuri Sungai Kapuas Pontianak, wisatawan mengawali dengan berkunjung ke Kraton Kadriyah. Setelah sampai di keraton, wisatawan bisa mencoba keahlian tawar-menawar untuk menyewa sampang. Rata-rata sewa sampan dimulai dari Rp 20.000. Besar-kecilnya tarif sewa juga didasarkan pada rute yang akan ditempuh. Bagi wisatawan yang ingin menyusuri sungai dengan membawa makanan, berbagai macam makanan ringan khas Pontianak dapat terlebih dahulu di sekitar keraton dengan harga Rp 500-Rp 5.000. Selain menggunakan moda perahu sampan, disediakan pula moda kapal ferry berkapasitas sekitar 50 orang yang disediakan biro-biro perjalanan wisata. Perjalanan kapal ferry ini dimulai dari Dermaga Kampung Beting yang berlokasi tak seberapa jauh dari Masjid Jami’ dan berlangsung sekitar 2 jam

WISATA PASIR PANJANG

A. Selayang Pandang
Kota Singkawang dikenal sebagai Kota Amoy dan China Town-nya Indonesia, karena mayoritas penduduknya (sekitar 70%) merupakan etnis Tionghoa. Mengunjungi kota yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia ini, tentu belum lengkap bila belum mengunjungi Pantai Pasir Panjang.
Pantai yang menjadi ikon pariwisata Kota Singkawang dan salah satu objek wisata andalan Provinsi Kalimantan Barat ini telah dikembangkan menjadi sebuah paket wisata terpadu bernama Taman Pasir Panjang Indah (TPPI).
Dinamakan dengan Pantai Pasir Panjang karena pantainya membentang panjang melengkungi laut lepas.
B. Keistimewaan
Dari bibir pantai, pengunjung dapat menikmati panorama laut biru berlatar kaki langit yang juga biru. Samar-samar di kejauhan membias hijau Pulau Lemukutan, Pulau Kabung, dan Pulau Randayan yang dipagari perairan Laut Natuna. Hamparan pasir pantainya yang luas dan bersih menjadikan kawasan ini nyaman digunakan untuk berjemur atau melakukan aktivitas olahraga, seperti voli pantai dan sepakbola pantai.
Air lautnya yang jernih dan bersih sangat mendukung aktivitas pengunjung yang ingin berenang atau menyelam. Selain itu, ombaknya relatif besar dan menjadi rumah bagi banyak ikan, sehingga tepat sekali digunakan sebagai arena berselancar dan area memancing.

Suasana kawasan ini kian eksklusif menjelang detik-detik terbenamnya matahari (sunset) di balik pulau-pulau yang terdapat di sekitar kawasan pantai ini. Pengunjung dapat menikmatinya dari pinggir pantai atau dari pondok-pondok wisata yang banyak terdapat di kawasan tersebut.
Bila bosan di pantai, pengunjung dapat melihat-lihat kehidupan masyarakat kampung nelayan yang tidak terlalu jauh dari lokasi pantai, atau bersantai di shelter-shelter yang terdapat di Semenanjung Cinta.
C. Lokasi
Pantai Pasir Panjang terletak di Kecamatan Tujuh Belas, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
D. Akses
Kota Singkawang berjarak sekitar 142 kilometer dari Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Dari Bandara Supadio atau Terminal Bus Pontianak, pengunjung dapat naik taksi, travel, atau bus sampai Kota Singkawang. Dari pusat Kota Singkawang, Pantai Pasir Panjang berjarak sekitar 17 kilometer lagi. Pengunjung dapat mengaksesnya dengan menggunakan taksi, bus, atau minibus.
E. Harga Tiket
Pengunjung dipungut biaya sebesar Rp 5.000,- per orang (data Februari 2005).
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di kawasan Pantai Pasir Panjang terdapat pusat informasi pariwisata, diskotik, persewaan speed boat, sepeda air, darmoling, gokart, shelter-shelter, pondok wisata, dan toko suvenir. Pengunjung yang tidak terbiasa berenang di pantai dapat berenang di kolam renang yang tersedia, sedangkan yang tidak suka berenang atau pun berjemur dapat mengelilingi pantai dengan naik banana boat. Pengunjung yang membawa anak-anaknya tetap bisa bersenang-senang karena di kawasan ini tersedia arena bermain anak-anak.
Pengunjung tidak bakalan kesulitan mencari makanan karena di kawasan ini terdapat restoran, kafe, warung makan, dan pedagang asongan. Begitu juga yang ingin menginap, tidak perlu repot membawa tenda atau sleeping bag karena di kawasan ini tersedia wisma dan hotel dengan berbagai tipe.

WISATA MELAYU MAKAM KESULTANAN


Selayang Pandang
Makam Batu Layang adalah kompleks permakaman para sultan Kesultanan Kadriah sejak sultan pertama, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, hingga sultan terakhir, Sultan Hamid II Alkadrie. Di kompleks permakaman ini, juga dimakamkan para permaisuri dan pangeran Kesultanan Kadriah Pontianak.
Permakaman Batu Layang telah dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (1771-1808 Masehi). Keberadaan makam ini tidak bisa dilepaskan dari didirikannya Kota Pontianak oleh Syarief Abdurrahman Alkadrie.
Para pengunjung yang akan memasuki makam harus melewati gapura yang dicat dengan warna kuning. Warna kuning ini juga terdapat pada pagar semen yang mengelilingi kompleks permakaman. Setelah melewati gapura dan menunju pintu masuk, pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki.
Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Kadriah Pontianak, terlihat menjadi sentral dari areal permakaman ini. Makam ini terletak di tengah, lurus dengan jalan ketika para pengunjung akan memasuki kompleks permakaman.
Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ditempatkan di ruangan tersendiri yang mirip dengan bunker kecil sehingga para pengunjung yang akan memasuki makam tersebut harus menundukkan kepala. Pembuatan tempat semacam ini lebih bermakna simbolis, yaitu dengan maksud agar para pengunjung yang akan masuk menundukkan kepala sebagai wujud penghormatan kepada sang pendiri Kesultanan Kadriah Pontianak.

Makam para sultan di sini kebanyakan mempunyai warna nisan yang sama, yaitu berwarna emas. Selain itu, nisan-nisan di permakaman ini juga ditulisi huruf Arab yang melambangkan bahwa Kesultanan Kadriah Pontianak memang bernafaskan Islam. Hal ini sesuai dengan sejarah pendirian Kesultanan Kadriah Pontianak oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang merupakan seorang ulama dari daerah yang bernama Hadramaut, Yaman Selatan.
Makam para sultan
Perpaduan warna kuning (emas) yang melambangkan warna khas Melayu dipadu dengan tulisan Arab yang bernuansa Islam menunjukkan bahwa Kesultanan Kadriah Pontianak dibangun berdasarkan percampuran budaya, setidaknya didominasi oleh dua kebudayaan, yaitu Arab dan Melayu. Cerminan perpaduan kebudayaan ini bahkan terbawa pada bentuk nisan dan makam yang ada di Batu Layang ini.
Di luar kompleks permakaman, tampak gundukan batu yang dicat dengan warna hijau. Gundukan inilah yang disebut sebagai Batu Layang. Di dekat Batu Layang, terdapat sebuah meriam yang dicat dengan warna kuning Inilah yang disebut Batu Layang.
Makam Batu Layang biasa ramai dikunjungi menjelang atau pada saat hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain.
B. Keistimewaan
Makam Batu Layang adalah tempat permakaman bagi para sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak. Tempat ini menyimpan bukti sejarah tentang kebesaran Kesultanan Kadriah dan cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Arsitektur bangunan (nisan) yang merupakan perpaduan budaya Islam dan Melayu jelas terlihat di makam ini.
C. Lokasi
Makam para sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak terletak di daerah yang bernama Batu Layang, kira-kira berjarak 15 kilometer dari muara Sungai Kapuas atau 2 kilometer dari Tugu Khatulistiwa di Batu Layang, Pontianak.
D. Harga Tiket
Pengunjung yang akan berziarah ke Makam Batu Layang tidak dipungut biaya masuk.
E. Akses
Makam Batu Layang bisa dicapai dengan menggunakan mobil sekitar 15 menit dari Tugu Khatulistiwa. Bisa pula ditempuh dengan menggunakan transportasi air berupa sampan dari Pelabuhan Kota Pontianak dengan tarif Rp 10.000,00 sekali jalan.


F. Fasilitas dan Akomodasi Lainnya
Di luar kompleks permakaman, terdapat surau yang bisa digunakan untuk sholat sekaligus mendoakan arwah para sultan dan keluarga sultan yang telah dimakamkan di Makam Batu Layang. Selain surau, di sekitar makam juga terdapat warung-warung kecil yang menyediakan berbagai makanan dan minuman untuk melayani para pengunjung yang ingin makan dan minum.

WISATA SEJARAH MAKAM KERAJAAN LANDAK

Selayang Pandang
Kompleks Istana Kerajaan Landak yang terletak di Kota Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, memiliki tiga elemen utama, yakni Istana Ismahayana Landak, masjid Djami‘ Keraton Landak, serta makam para sultan Kerajaan Landak dan kerabatnya. Dirasa tak lengkap, bila wisatawan tidak mampir berziarah ke makam raja-raja Landak ketika berkunjung ke kompleks Keraton Landak. Makam para sultan dan para kerabatnya terletak di sebelah barat Masjid Djami‘ Keraton Landak.
Latar sejarah Kerajaan Landak yang pernah berpindah tempat sebanyak tiga kali, membuat lokasi makam ketiga puluh delapan raja kesultanan ini berbeda-beda. Selain di Kota Ngabang, di Ayu Mungguk juga terdapat makam Sultan Raden Abdulkahar atau Raden Ismahayana (1472—1542 M). Makam raja Landak yang pertama kali menganut ajaran Islam tersebut berada di atas bukit dan terletak sekitar 7 km dari Kota Ngabang. Saat ini, makam Raden Ismahayana masih terawat dengan baik, meski diperkirakan telah berusia lebih dari 400 tahun. Sementara itu, makam raja lainnya terletak di daerah Bandong, sebuah kota berjarak kurang lebih 24 km dari Kota Ngabang.
Secara umum, kondisi makam para raja Landak di Ngabang yang telah berusia lebih dari 250 tahun sejak Raden Anom Jaya Kusuma (wakil raja yang memboyong putra mahkota, Raden Nata Muda Pangeran Sanca Nata Kusuma [raja Landak ke-16] hijrah ke Ngabang dari ibu kota lama, Bandong, pada tahun 1768) mangkat pada akhir abad ke-18 ini kurang terawat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya rumput liar yang tumbuh subur di sekitar makam. Sama halnya dengan papan-papan nama tiap nisan yang mulai kabur akibat terik matahari dan guyuran air hujan. Kendati demikian, makam ini tetap merupakan sebuah situs sejarah Keraton Landak yang pantas dirawat dan dilestarikan agar dapat dikunjungi wisatawan maupun para peziarah. Lestarinya makam ini tidak hanya akan bermanfaat bagi pariwisata daerah Landak, melainkan juga berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang sejarah dan arkeologi.
B. Keistimewaan
Tidak hanya sebatas nilai-nilai sejarah saja yang dapat diperoleh ketika Anda mengunjungi situs makam raja-raja Kesultanan Landak ini. Melainkan, di makam seluas ± 700 m² ini, Anda akan menangkap suasana atau atmosfer yang tenang, hening, agar kemudian dapat secara khusyuk merenungkan bagaimana perjuangan mereka sebagai pemimpin masyarakat Landak ketika melawan kebengisan penjajah Belanda dan kekejaman tentara Jepang.
Makam ini khas, dengan bentuk tiap nisan yang menandakan perbedaan antara makam laki-laki dan perempuan. Nisan berbentuk bulat untuk laki-laki, sedangkan makam perempuan bernisan pipih. Beberapa nisan terbuat dari kayu belian dan sebagian yang lain dari batu. Nisan raja berwarna kuning keemasan, sementara untuk kerabat keraton bukan raja berwarna biru muda dan sebagian berwarna putih.
Oleh sebagian orang, kompleks pemakaman raja Landak ini dianggap keramat dan bertuah. Bagi yang meyakininya, makam ini dianggap sebagai tempat mustajab untuk berdoa dan dapat mendatangkan berkah.
C. Lokasi
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kompleks Keraton Landak, makam raja-raja Landak dan para kerabatnya ini terletak ± 120 m² di sebelah barat Masjid Djami` Keraton Landak. Atau, berada di Jalan Pangeran Sancanata Kusuma, kompleks Istana Kesultanan Landak, Desa Pedalaman, Kota Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
D. Akses
Dari terminal bus ibu kota Kabupaten Landak, Ngabang, wisatawan dapat naik ojek yang mangkal di sekitar terminal dengan ongkos berkisar Rp 6.000 (September 2008) untuk menuju ke kompleks Keraton Landak.
E. Harga Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya ketika berziarah ke Makam Raja-raja Landak ini.


F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Bagi Anda yang menyempatkan berziarah ke makam raja Landak di Ngabang akan didampingi oleh seorang pemandu wisata sebagai rangkaian kunjungan ke Istana Ismahayana Landak. Dari pemandu ini, Anda akan memperoleh pelbagai kisah tentang kompleks makam raja-raja dan beberapa kerabatnya ini karena sang pemandu masih keluarga keraton.
Selain itu, juga tersedia kamar kecil dan masjid sebagai fasilitas wisatawan. Bila ingin mencari rumah makan dan penginapan, maka kunjungilah pusat Kota Ngabang yang berjarak ± 2 km dari Makam Raja-raja Landak ini. Di pusat kota, berbagai fasilitas yang memadai bagi wisatawan dapat dengan mudah ditemukan

WISATA KERATON PONTIANAK


Selayang Pandang
Istana Kadriah merupakan cikal-bakal lahirnya Kota Pontianak. Keberadaan Istana Kadriah tidak lepas dari sosok Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri (1738-1808 M), yang di masa mudanya telah mengunjungi berbagai daerah di Nusantara dan melakukan kontak dagang dengan saudagar dari berbagai negara.

Ketika ayahnya Habib Husein Alkadri, yang pernah menjadi hakim agama Kerajaan Matan dan ulama terkemuka Kerajaan Mempawah, wafat pada tahun 1770 M, Syarif Abdurrahman bersama keluarganya memutuskan mencari daerah pemukiman baru. Batu Layang merupakan salah satu daerah yang mereka singgahi. Di sini, rombongan tersebut bertemu dengan para perompak, dan berhasil mengalahkan mereka. Kemudian, rombongan Syarif Abdurrahman melanjutkan pelayaran mencari daerah yang lebih baik. Pada tanggal 23 Oktober 1771 M (24 Rajab 1181 H), mereka tiba di daerah dekat pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas. Kemudian, mereka memutuskan untuk menetap di daerah tersebut.

Secara historis, Istana Kadriah mulai dibangun pada tahun 1771 M dan baru selesai pada tahun 1778 M. Tak beberapa lama kemudian, Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri pun dinobatkan sebagai sultan pertama Kesultanan Pontianak. Dalam perkembanganya, istana ini terus mengalami proses renovasi dan rekonstruksi hingga menjadi bentuknya seperti yang sekarang ini. Sultan Syarif Muhammad
Alkadri, sultan ke-6 Kesultanan Pontianak, tercatat sebagai sultan yang merenovasi Istana Kadriah secara besar-besaran.

Saat ini tampuk kepemimpinan Kesultanan Pontianak dipegang oleh Sultan Sayyid Syarif Abubakar Alkadri, sultan ke-9, yang bergelar Pangeran Mas Perdana Agung.
B. Keistimewaan
Keanggunan istana seluas 60 x 25 meter yang terbuat dari kayu belian pilihan ini sudah terlihat dari bagian depannya. Pengunjung akan terkesan dengan halamannya yang luas dan bersih, serta rumputnya yang tertata rapi dan terawat dengan baik. Di sisi kanan, tengah, dan kiri depan istana, pengunjung dapat melihat 13 meriam kuno buatan Portugis dan Perancis.
Dari halaman depan, pengunjung juga dapat melihat anjungan, yaitu ruangan yang menjorok ke depan yang dahulunya digunakan sultan sebagai tempat istirahat atau menikmati keindahan panorama Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di sana, juga terdapat sebuah genta yang dulunya berfungsi sebagai alat penanda marabahaya. Di samping kanan anjungan, terdapat sebuah tangga yang menghubungkan teras istana dengan anjungan.
Di atas pintu utama istana, terdapat hiasan mahkota serta tiga ornamen bulan dan bintang sebagai tanda bahwa Kesultanan Pontianak merupakan Kesultanan Islam. Balairungnya, atau sering juga disebut dengan balai pertemuan, didominasi oleh warna kuning yang dalam tradisi Melayu melambangkan kewibawaan dan ketinggian budi pekerti. Di ruang yang biasanya dijadikan tempat melakukan upacara keagamaan dan menerima tamu ini, pengunjung dapat melihat foto-foto Sultan Pontianak, lambang kesultanan, lampu hias, kipas angin, serta singgasana sultan dan permaisuri.
Di sebelah kanan dan kiri ruang utama terdapat 6 kamar berukuran 4 x 3,5 meter dimana salah satunya merupakan kamar tidur sultan. Sedangkan kamar-kamar lainnya dahulunya dijadikan sebagai ruang makan dan kamar mandi.
Di belakang ruang istana terdapat sebuah ruangan yang cukup besar. Di ruangan ini pengunjung dapat melihat benda-benda warisan Kesultanan Pontianak, seperti senjata, pakaian sultan dan permaisurinya, foto-foto keluarga sultan, dan arca-arca.
Kira-kira 200 meter di sebelah barat dari Istana Kadriah terdapat masjid kerajaan yang bernama Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman. Masjid ini pertama kali dibangun oleh Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri, sultan pertama Kesultanan Pontianak.
C. Lokasi
Istana Kadriah terletak di Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.

D. Akses
Istana Kadriah berada di dekat pusat Kota Pontianak. Lokasi istana dapat dijangkau melalui jalur sungai dan jalur darat. Pengunjung yang memilih jalur sungai dapat mengaksesnya dengan menggunakan sampan atau speed boat dari Pelabuhan Senghie, sedangkan pengunjung yang menggunakan jalur darat dapat naik bus yang melewati jembatan Sungai Kapuas.
E. Harga Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas lainnya
Di sekitar kawasan Istana Kadriah terdapat fasilitas, seperti restoran terapung, warung makan, pramuwisata, kios wartel, voucher isi ulang pulsa, sentra oleh-oleh dan cenderamata, serta persewaan sampan dan speed boat untuk mengelilingi kawasan istana.

WISATA DANAU SEBEDANG

A. Selayang Pandang
Danau Sebedang merupakan salah satu obyek wisata alam andalan Kabupaten Sambas dan Provinsi Kalimantan Barat. Kawasan yang menjadi pintu gerbang masuk ke Kabupaten Sambas ini ramai dikunjungi para wisatawan pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya. Sebagian pengunjung yang datang tidak hanya berniat menikmati kepermaian alamnya, tetapi ada juga yang menyalurkan hobi memancingnya, karena danau ini merupakan rumah bagi banyak ikan.
Konon, danau yang menjadi sumber air bersih bagi penduduk beberapa kecamatan di Sambas dan juga menyimpan berbagai kekayaan ekosistem ini, dahulunya merupakan salah satu tempat istirahat favorit bagi para sultan Sambas beserta keluarga mereka.
B. Keistimewaan
Luas danaunya yang mencapai sekitar satu kilometer persegi, dikelilingi oleh perbukitan yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut (dpl), dan pemandangan alamnya yang rancak dengan latar hutan tropis yang hijau dan lebat, menjadikan kawasan ini tepat sekali dipilih sebagai salah satu tujuan rekreasi yang menyenangkan bersama keluarga atau kolega.
Pengunjung dapat menikmati keindahan panorama alamnya dengan cara berjalan kaki mengelilingi danau, atau sambil minum-minum di kantin-kantin yang menghadap ke danau. Selain itu, keelokkan danau ini juga dapat dicerap pengunjung dengan bersantai di shelter-shelter yang tersedia, atau sambil duduk lesehan di atas tikar yang disewakan. Bila bosan, pengunjung dapat mengelilingi danau dengan menyewa perahu.
Pada sore hari, eksotisme kawasan Danau Sebedang kian tampak dan kian terasa. Bagi pengunjung yang mendatangi danau pada malam hari tidak perlu khawatir akan kesepian. Karena semakin malam, semakin banyak pengunjung yang datang. Dan, suasananya bertambah semarak dan hidup dengan iringan suara musik keras yang berasal dari kafe-kafe di kawasan tersebut.
C. Lokasi
Danau Sebedang terletak di Desa Sebedang, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
D. Akses
Kabupaten Sambas berjarak sekitar 202 kilometer dari Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Dari Pontianak menuju Sambas, pengunjung dapat naik taksi, bus travel, bus, atau kendaraan pribadi.
Sedangkan dari pusat Kota Sambas, objek wisata Danau Sebedang berjarak sekitar 18 kilometer. Jalan menuju Danau Sebedang telah beraspal dengan halus dan dapat diakses dengan menggunakan bus atau kendaraan pribadi.
E. Harga Tiket
Masih dalam proses konfirmasi.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Pengunjung tidak akan kelaparan jika berada di lokasi Danau Sebedang, karena di kawasan ini terdapat warung makan, kantin, dan kafe yang menyediakan berbagai menu makanan dan minuman.
Bagi pengunjung yang kemalaman dapat menginap di losmen-losmen yang banyak terdapat di kawasan sekitar danau. Areal camping ground yang luas dan aman dapat digunakan pengunjung yang berhasrat menikmati suasana kawasan ini pada malam hari. Di sini, juga tersedia persewaan tenda dan tikar, sehingga pengunjung tidak perlu repot-repot membawa perlengkapan berkemah.
Selain itu, di kawasan ini juga terdapat pusat informasi pariwisata, sentra oleh-oleh dan cinderamata, shelter-shelter, areal parkir yang luas dan aman, persewaan perahu untuk mengelilingi danau, losmen-losmen, kios yang menyediakan perlengkapan untuk memancing, kios wartel, voucher isi ulang pulsa, dan toilet.

WISATA ADAT ROBO-ROBO

Selayang Pandang
Bagi sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, bulan Safar diyakini sebagai bulan naas dan sial. Sang Pencipta dipercayai menurunkan berbagai malapetaka pada bulan Safar. Oleh sebab itu, masyarakat yang meyakininya akan menggelar ritual khusus agar terhindar dari “kemurkaan” bulan Safar. Ritual tersebut juga dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur.
Namun pandangan di atas berbeda dengan pandangan masyarakat Kota Mempawah yang menganggap bulan Safar sebagai “bulan keberkahan” dan kedatangannya senantiasa dinanti-nantikan. Karena pada bulan Safar terjadi peristiwa penting yang sangat besar artinya bagi masyarakat Kota Mempawah hingga saat ini. Peristiwa penting tersebut kemudian diperingati dengan menggelar Ritual Robo-robo.
Dinamakan Robo-robo karena ritual ini digelar setiap hari Rabu terakhir bulan Safar menurut penanggalan Hijriah. Tujuan digelarnya ritual ini adalah untuk memperingati kedatangan dan/atau napak tilas perjalanan Opu Daeng Menambon yang bergelar Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan, Martapura, Kabupaten Ketapang, ke Kerajaan Mempawah, Kabupaten Pontianak, pada tahun 1737 M/1448 H.
Opu Daeng Menambon adalah putra ketiga Opu Daeng Rilekke yang terkenal sebagai pelaut handal dan gemar sekali melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Nusantara bersama dengan anak-anaknya. Opu Daeng Rilekke sendiri adalah putra ketiga Sultan La Madusalat dari Kesultanan Luwuk, Bone, Sulawesi Selatan, yang telah menjadi Kesultanan Islam sejak tahun 1398 M. Opu Daeng Menambon beserta keluarganya pindah dari Kerajaan Matan ke Kerajaan Mempawah atas permintaan Panembahan Senggauk, Raja Mempawah waktu itu. Setelah Panembahan Senggauk mangkat, Opu Daeng Menambon naik tahta. Beliau berkuasa di sana sekitar 26 tahun, yakni dari tahun 1740 M sampai beliau wafat pada tahun 1766 M.
B. Keistimewaan
Sebagai sebuah peristiwa budaya, Ritual Robo-robo sarat dengan simbol-simbol yang mengandung nilai-nilai historis dan kultural. Ritual Robo-robo merupakan napak tilas kedatangan Opu Daeng Menambon beserta pengikutnya dari Kerajaan Matan ke Kerajaan Mempawah yang konon menggunakan 40 Perahu Bidar. Kedatangan Opu Daeng Menambon beserta pengikutnya ini menjadi cikal-bakal masuk dan berkembangnya agama Islam ke Kota Mempawah. Perlahan-lahan, proses islamisasi pun terjadi dan puncaknya adalah beralihnya Kerajaan Mempawah yang semula beragama Hindu menjadi kerajaan bercorak Islam.
Pengumandangan azan dan pembacaan doa yang dilakukan oleh Pemangku Adat Istana Amantubillah sebelum dimulainya Ritual Buang-buang menandakan bahwa dalam prosesi Ritual Robo-robo juga terdapat nilai-nilai religius. Sesajennya yang terdiri dari beras kuning, bertih, dan setanggi pun sarat dengan makna-makna tertentu. Nasi kuning dan bertih melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan, sedangkan setanggi mengandung makna keberkahan. Dalam Ritual Buang-buang tidak semata-mata penghormatan dan pengakuan terhadap keberadaan sungai dan laut sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat, tapi juga tersirat keinginan untuk hidup selaras dengan alam sekitar.
Ritual ini biasanya dimulai selepas shalat Zuhur, di mana raja Istana Amantubillah beserta para petinggi istana bertolak dari Desa Benteng menggunakan Perahu Lancang Kuning dan Perahu Bidar. Perahu Lancang Kuning khusus digunakan oleh raja, sedangkan Perahu Bidar diperuntukan bagi petinggi istana. Mereka akan berlayar selama satu jam menuju muara Kuala/Sungai Mempawah yang terletak di Desa Kuala Mempawah, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Sesampainya di muara Sungai Mempawah, seorang kerabat istana yang menjabat Pemangku Adat mengumandangkan azan dan membaca doa talak bala (talak balak). Kemudian dilanjutkan dengan Ritual Buang-buang, yaitu melempar sesajen ke Sungai Mempawah. Setelah itu, raja beserta para petinggi istana merapat ke tepi Sungai Mempawah untuk bersiap-siap melaksanakan Makan Saprahan di halaman depan Istana Amantubillah. Gambaran di atas merupakan sebagian dari rangkaian prosesi Ritual Robo-robo.
Kebersamaan dan silaturahmi antarberbagai elemen masyarakat adalah nilai-nilai lain yang terkandung dalam prosesi Ritual Robo-robo. Hal ini, misalnya, terlihat pada kegiatan Makan Saprahan. Makan Saprahan adalah makan bersama-sama di halaman depan Istana Amantubillah menggunakan baki atau talam. Setiap baki/talam (saprah) yang berisi nasi dan lauk biasanya diperuntukan bagi empat atau lima orang. Dalam Makan Saprahan keakraban terjalin, suasana mencair, dan sekat-sekat melebur jadi satu. Pada saat makan, tidak lagi dipersoalkan status, agama, dan asal-usul seseorang.
Hal lain yang tak kalah menariknya dalam Ritual Robo-robo adalah dihidangkannya berbagai masakan khas istana dan daerah setempat yang mungkin tidak lagi populer di tengah-tengah masyarakat, seperti lauk opor ayam putih, sambal serai udang, selada timun, ikan masak asam pedas, dan sop ayam putih. Sebagai penganan pencuci mulut disuguhkan kue sangon, kue jorong, bingke ubi, putuh buloh, dan pisang raja. Sementara untuk minumnya, disediakan air serbat yang berkhasiat memulihkan stamina.

Untuk memeriahkan Ritual Robo-robo, biasanya ditampilkan aneka hiburan tradisional masyarakat setempat, seperti tundang (pantun berdendang), japin, dan lomba perahu bidar.
C. Lokasi
Lokasi prosesi Ritual Robo-robo tersebar di beberapa tempat di Kota Mempawah, seperti di muara Sungai Mempawah di Desa Kuala Mempawah, Istana Amantubillah dan Kompleks Pemakaman Sultan-sultan Mempawah di Kelurahan Pulau Pedalaman, serta Makam Opu Daeng Menambon di Sebukit Rama, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.
D. Akses
Kota Mempawah berjarak sekitar 67 kilometer di sebelah utara Kota Pontianak, ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Dari Bandara Supadio atau Terminal Bus Pontianak, turis dapat naik taksi, travel, dan bus sampai Kota Mempawah, ibukota Kabupaten Pontianak. Dari Kota Mempawah, Muara Sungai Mempawah berjarak sekitar 10 kilometer. Turis dapat mengaksesnya dengan menggunakan bus atau minibus.
E. Harga Tiket
Pelancong yang ingin menyaksikan Ritual Robo-robo tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Bagi wisatawan dari luar kota dan ingin menyaksikan prosesi Ritual Robo-robo secara keseluruhan, dapat menginap di hotel dan wisma yang banyak terdapat di sekitar lokasi Ritual Robo-robo.
Di kawasan tersebut juga terdapat toko, rumah makan, dan warung yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, dan isi ulang pulsa.
Berbagai fasilitas lainnya, seperti masjid, kios wartel, bank, dan ATM, juga tersedia di sini.

TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG

Taman Nasional Gunung Palung merupakan taman nasional yang terletak di Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kawasan ini dikukuhkan sebagai kawasan taman nasional pada 24 Maret 1990 melalui SK Menteri Kehutanan No. 448/Kpts-II/1990. Luas wilayah kawasan ini adalah 90.000 ha.
Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan terdiri dari berbagai jenis ekosistem. Hutan di kawasan taman nasional ini terdiri dari hutan rawa, rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan mapah tropika, hutan mangrove, dan hutan pegunungan.
Beberapa jenis tanaman yang ada di Taman Nasional Gunung Palung ini adalah jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonistylus bancamus), damar (Agathis berneensis), pulai (Alstonia scholaris), rengas (Gluta renghas), kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), tanaman bakau (Rhizopora spp.), kendeka (Bruguiera spp.), dan berbagai tanaman obat.






Orang Utan
Sumber Foto: http://gunungpalungnationalpark.wordpress.com

Selain itu, kawasan ini menjadi habitat beberapa golongan primata, misalnya orang utan (Pongo pigmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), beruk (Macaca nemestrina nemestrina), owa (Hylobathes agilis), dan kelasi (Hylobathes frontata). Ada pula berbagai jenis hewan lain, misalnya beruang madu (Helarctos malayanus euryspilus), klampiau (Hylobates muelleri), kukang (Nyticebus coucang borneanus), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus), kancil (Tragulus napu borneanus), bajing tanah bergaris empat (Lariscus hosei), ayam hutan (Gallus gallus), rangkong badak (Buceros rhinoceros borneoensis), enggang gading (Rhinoplax vigil), kura-kura gading (Orlitia Borneensis), penyu tempayan (Caretta caretta), buaya siam (Crocodylus siamensis), tupai kenari (Rheithrosciurus macrotis), dan sekitar 200 jenis burung.
Taman Nasional Gunung Palung juga telah menjadi salah satu kawasan konservasi orang utan di Indonesia. Taman nasional ini menjadi habitat bagi 10 persen dari populasi orang utan yang hidup di dunia (Berkmoes et.al, 2010). Orang utan yang hidup di kawasan ini adalah orangutan jenis Pongo pygmaues wumbii.

Anggrek Hitam
Sumber foto: http://gunungpalungnationalpark.wordpress.com

Keistimewaan
Di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, terdapat satu spesies anggrek, yakni Anggrek Hitam (coelogyne pandurata), yang banyak terdapat di sekitar Sungai Matan. Anggrek Hitam biasanya mekar selama 5-6 hari di bulan Februari hingga April. Spesies ini dinamakan Anggrek Hitam karena ada warna hitam pada bagian tengah bunganya. Tentu akan sayang sekali jika para pencinta tanaman anggrek melewatkan saat-saat bunga itu mekar.
Selain kawasan hutan yang masih alami, Taman Nasional Gunung Palung juga menawarkan berbagai obyek wisata lain yang mempesona, di antaranya Pantai Pulau Datok, air terjun, keanekaragaman berbagai satwa, dan kebudayaan masyarakat sekitar. Bagi Anda yang suka mendaki gunung, Anda dapat melakukan pendakian di Gunung Palung (116 m dpl) atau Gunung Panti (1050 m dpl).
Selain untuk tujuan obyek wisata dan petualangan alam bebas, taman nasional ini juga menjadi pusat penelitian atas berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Pusat penelitian di kawasan ini adalah Stasuin Riset Cabang Panti, sebuah stasiun penelitian yang didirikan pada 1985 di sisi barat kaki Gunung Palung.

Lokasi
Secara administratif Taman Nasional Gunung Palung berada di wilayah Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.

Akses
Para wisatawan yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Gunung Palung dapat menempuh beberapa jalur.
Pertama, dari Pontianak menuju Ketapang dengan pesawat udara (45 menit) atau dengan Express Boat (6 jam). Kemudian, perjalanan dari Ketapang ke Teluk Melano ditempuh dengan minibus (2 jam). Perjalanan dari Teluk Melano ke kawasan Taman Nasional Gunung Palung dapat ditempuh dengan Long Boat (6 jam).
Kedua, perjalanan dari Pontianak ke Teluk Batang dapat ditempuh dengan menggunakan Express Boat (4 jam). Dari teluk Batang ke Teluk Melano, dapat ditempuh dengan minibus (1 jam), dan Teluk Melano ke kawasan Taman Nasional Gunung Palung dapat ditempuh dengan Long Boat (6 jam).

Harga Tiket
Tiket masuk kawasan Taman Nasional Gunung Palung adalah:
• Wisatawan internasional Rp 10.000/orang/entri dan wisatawan domestik Rp 1000/orang/entri.
Kamera dan kamera video dikenakan biaya sebagai berikut:
• Biaya kamera digital atau kamera analog bagi wisatawan internasional Rp 25.000/unit, bagi wisatawan domestik Rp 2.500/unit.
• Kamera video untuk wisaatawan internasional Rp 100.000/unit, kamera video untuk wisatawan domestik Rp 25.000/unit.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Salah satu fasilitas yang ada di Taman Nasional Gunung Palung adalah Post Resort. Kawasan ini dikelola oleh para personel yang dilengkapi dengan peralatan komunikasi serta transportasi darat dan air. Selain itu, ada juga Shelter Wisata yang menjadi tempat rekreasi dan wisata alam. Fasilitas yang ada di Stasiun Peneliti Cabang Panti adalah fasilitas kamp peneliti, laboratorium, tempat tinggal pengelola, dan perpustakaan. Para wisatawan juga dapat menyewa rumah penduduk sebagai tempat tinggal atau tinggal bersama mereka (local home-stay), atau mendirikan kemah di lahan perkemahan. Selain itu, tersedia pemandu wisata yang akan mengantar Anda menjelajahi kawasan taman nasional ini.


Berkeliling di Taman Nasional Gunung Palung
Sumber foto: http://gunungpalungnationalpark.wordpress.com

PULAU SAWI (Pulau Bidadari)


Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Kalimantan Barat, Kab. Ketapang memang kaya dengan obyek wisata yang menarik dan eksotik. Salah satu kawasan wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi adalah Pantai Pulau Sawi. Pantai ini layak disebut Pulau Bidadari karena pemandangan alamnya yang sangat menawan dan kondisi alamnya masih asri.

Beberapa waktu yang lalu Kepala Kantor Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Ketapang beserta staf mengunjungi pulau ini untuk melihat dari dekat bagaimana sebenarnya potensi wisata yang dimiliki pulau ini. Pulau ini memang memiliki sejuta pesona, antara lain pasirnya yang putih, airnya yang jernih serta banyak terdapat berbagai jenis biota laut seperti ikan, udang, renjong dll.

Ketika berkunjung ke Pulau ini banyak aktifitas yang dapat dilakukan seperti memukat, memancing, berenang, menikmati kelapa muda dll. Saat crew Inbudpar ketika berkunjung ke tempat ini, selain menangkap ikan dengan pukat, mereka juga membeli ikan segar yang baru ditanggap nelayan untuk selanjutnya dibakar. Moment seperti ini adalah saat yang sangat menyenangkan dan akan selalu menjadi kenangan. Jenis wisata seperti adalah jenis wisata yang banyak dikembangkan saat ini. Jenis wisata ini mengajak pengunjung berinteraksi langsung dengan alam sehingga pengunjung mendapatkan sebuah pengalaman baru dan secara tidak langsung menanamkan kecintaan terhadap alam itu sendiri serta masyarakat yang ada dikawasan itu. Trend wisata dunia pun akhir-akhir ini cendrung kepada wisata yang sifatnya back to nature (kembali ke alam). Wisatawan jenis ini biasanya berani untuk membayar mahal untuk mendapatkan sesuatu yang masih asli. Oleh karena itu kelestarian Pulau ini harus tetap dipertahankan, termasuk didalam pengembangannya harus memperhatikan sisi keaslian, keserasian dengan alam serta memberikan nilai manfaat bagi penduduk setempat.
Keistimewaan
Di Pulau Sawi juga sering ditemukan lumba – lumba oleh penduduk, Lobster dan masih banyak lagi yang lainnya.
Lokasi
Secara administratif Pulau Sawi berada di wilayah Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.
Akses
Para wisatawan yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Gunung Palung dapat menempuh jalur dari Pontianak menuju Ketapang dengan pesawat udara selama 45 menit atau dengan Express Boat selama 6 jam. Kemudian, perjalanan dari Ketapang ke Kendawangan ditempuh dengan minibus selama 3 jam. Lalu menyeberang ke Pulau Sawi dengan kapal kecil atau Motor air (klotok) selama 4 jam. Adapun untuk menyebrang harus menyewa motor air dikarenakan tidak adanya akses penyeberangan yang disediakan pemerintah.
Harga Tiket
Untuk harga tiket tidak dipungut untuk para wisatawan yang berkunjung.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Tidak ada fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dan tidak ada investor yang mengelola ini dikarenakan belum tahu ataau belum terkenalnya wilayah ini.

PANTAI TANJUNG BELANDANG


Pantai Tanjung Belandang merupakan pantai yang berada di Sungai Awan kec. Matan Hilir Utara. Kawasan ini merupakan pantai yang cukup potensial dan banyak di kunjungi masyarakat karena dekat dengan Pusat Ketapang. Di kawasan ini kawasan ini sering dijadikan tempat kejuawaraan Gresstrack yang sering diadakan di Kab. Ketapang.

Lokasi
Secara administratif Pantai Tanjung Belandang berada di Sungai Awan Kec. Matan Hilir Utara Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.

Akses
Para Pariwisatawan yang ingin berkunjung ke tempat ini bisa melalui beberapa jalur.
Pertama, dari Pontianak menuju Ketapang dengan menggunakan pesawat udara (45 menit) atau dengan Express Boat (6 jam). Kemudian menuju Pantai Tanjung Belandang Dengan mini bus atau motor (20 menit).

Harga Tiket
Tiket masuk kawasan Pantai Tanjung Belandang adalah:
• Tidak dipungut biaya
• Kecuali ada kejuaraan Grasstrack Terggantung sponsor menentukan biaya masuk.
Akomodasi da Fasilitas lain
Kawasan ini merupakan kawasan yang sudah dikembangkan oleh pemerintah daerah dan sudah disediakan fasilitas pendukung. Dan juga terdapat kolam renang untuk wisatawan.

Pantai Pulau Datok

Pantai Pulau Datok merupakan kawasan wisata yang menjadi andalan Kab. Kayong Utara. Kawasan ini merupakan kawasan wisata yang dulu dikembangkan oleh pemerintah Kab. Ketapang, Tetapi setelah pemekaran daerah Kab. Kayong Utara yang pecah dari Kab. Ketapang pada tahun 2007. Pantai ini sangat ramai dikunjungi wisata local terutam dari Kab. Kayong Utara dan Kab. Ketapang saat akhir pekan, hari libur atau hari besar.

Keistimewaan
Merupakan kawasan yang cukup strategis hanya 10 menit dari kantor Bupati yang merupakan pusat dari pusat kota. Dan disekitarnya juga masih terdapat wisata lain seperti Air Paoh, Makan Raja dan kebun durian. Bagi anda yang ingin berlibur dan dapat menikmati khasnya durian Kayong Utara, anda bisa dating dan menikamati suasana yang berbeda.

Lokasi
Secara administratif Pantai Pulau Datok berada di wilayah Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Indonesia.

Akses
Para wisatawan yang ingin berkunjung ke Pantai Pulau Datok dapat menempuh beberapa jalur.
Pertama, dari Pontianak menuju Ketapang dengan pesawat udara (45 menit) atau dengan Express Boat (6 jam). Kemudian, perjalanan dari Ketapang ke Sukadana ditempuh dengan minibus (1 jam).
Kedua, perjalanan dari Pontianak ke Teluk Batang dapat ditempuh dengan menggunakan Express Boat (6 jam). Dari teluk Batang ke Sukadana, dapat ditempuh dengan minibus (2 jam). Dan piliahan kedua cukup memiliki biaya yang murah dibanding dari pilihan pertama.

Harga Tiket
Tidak dikenakan biaya bagi wisatawan untuk menikmati Pantai Pulau Datok.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Terdapat banana boat bagi mencoba asiknya menaiki banana boat, banyak hotel bagi para wisatawan dan banyak lagi fasilitas yang tersedia.

MENJUAL KEAJAIBAN ALAM DI HUTAN GAMBUT

Ingat Ketapang, Kalbar benak turis luar negeri langsung pada Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dengan habitat orangutan. Binatang dilindungi ini pun sudah dikenal seluruh dunia. Selain di TNGP yang wilayahnya meliputi Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang, habitat orangutan justru ditemukan di kawasan gambut. Tak percaya, anda bisa buktikan sendiri dengan datang ke Ketapang, yakni kawasan gambut Desa Kuala Tolak, Kecamatan Matan Hilir Utara.
KEUNIKAN lahan gambut secara alami dapat dilihat pengunjung di tempat ini. Hamparan hutan gambut merupakan bagian kecil dari ribuan hektar lahan gambut yang ada di Ketapang. Gambut ini menghampar dari Desa Kuala Tolak-Tanjung Baik Budi-Sungai Putri-Sungai Awan-Ulak Medang-Tanjung Pasar-Pelang-Pematang Gadung-Sungai Besar. Sebagai benteng alam gambut tak hanya sebagai penyerap air, kawasan gambut merupakan habitat orangutan setelah Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).
Kawasan gambut ini merupakan dataran rendah yang berhubungan dengan TNGP. Siklus kehidupan orangutan tak hanya berkeliaran di pegunungan. Dalam waktu tertentu, mamalia ini mencari makan di lembah yakni di kawasan gambut. Populasi orangutan di kawasan ini masih dalam penyelidikan. Jika di TNGP diperkirakan hanya tinggal sekitar 2.000-an ekor, maka diprediksi para orangutan inilah yang melakukan ”pengembaraan” di lahan gambut. Karena hamparan kehidupan di gunung dan lembah tak dapat dipisahkan satu sama lain.

Selain melihat kehidupan langsung orangutan di alam bebas, pengunjung bisa melihat sarang orangutan. Flora dan fauna di lahan basah pun bisa ditemukan di sini. Kawasan ini pun sangat cocok sebagai lokasi bird watching (pengamatan burung).

Lokasi hutan gambut di Desa Kuala Tolak berjarak sekitar 30 KM dari Kota Ketapang. Sebelum mencapai Kota Ketapang, turis bisa menggunakan pesawat dari Bandara Supadio Pontianak menuju lapangan terbang Rahadi Oesman, Ketapang. Perjalanan ditempuh sekitar 30 menit, dengan biaya sekitar Rp 500 ribu per orang. Selain menggunakan transportasi udara, mencapai Ketapang dari Kota Pontianak bisa ditempuh menggunakan kapal cepat dengan biaya sekitar Rp 200 ribu dengan perjalan sekitar enam jam.

Di Kota Ketapang, untuk mendapatkan penginapan tak terlalu sulit. Ada sejumlah hotel di pusat ibukota. Mulai dari Aston City, Hotel Perdana, Hotel Tanjung, Hotel Aorta, Hotel Anda, dan sejumlah penginapan lainnya. Demikian juga dengan jasa transportasi dan makanan, tak membuat pengunjung kesulitan mendapatkannya. Dari Kota Ketapang mencapai Desa Kuala Tolak perjalanan hanya ditempuh sekitar 30 Kilometer atau sekitar 30 menit.

Menuju lokasi wisata khusus ini harus menggunakan motor klotok dengan waktu sekitar tiga jam. Pemandu dan perahu motor itu bisa disewa seharga Rp 500 ribu, dan dapat dinaiki sekitar tujuh orang.
Di lahan basah inilah terdapat habitat aneka jenis flora dan fauna khas Kalimantan. Mulai dari Primata seperti orangutan, monyet dan buaya. Begitu juga flora seperti anggrek hitam, kayu ramin (gonystilus bancanus), kayu nyatoh (Palaquium spp), kayu punak empas atau Bengeris Kompassia (malaccensis), Punak (Tetramerista). Sejumlah pohon buah kayu rawa ini merupakan makanan bagi orangutan.

Kawasan ini juga bagian dari siklus hidup orangutan dari kawasan TNGP (Taman Nasional Gunung Palung). Hutan gambut Kuala Tolak ini bagian tak terpisahkan dari hamparan hutan gambut Ketapang seluas 70.000 hektar. Selain pernah diusulkan Forest Management Specialist Fauna Flora Indonesia (FFI) Program Ketapang, dijadikan kawasan konservasi agar bisa mencegah kerusakan hutan dan bisa menyelamatkan habitat orangutan (Pongo pygmaues wurmbii) yang saat ini populasinya sebanyak 500 - 900 ekor.

Seperti pernah disampaikan Isis Sabahudin, pada kawasan hutan menjadi habitat 118 jenis burung. Empat jenis diantaranya jenis burung endemik. Sementara satwa liar yang juga mudah dijumpai di sana adalah bekantan (Nasalis larvatus) dan lutung (Presbytis cristata).
Hamparan lahan gambut ini menjadi salah satu habitat hewan yang dilindungi seperti orangutan, buaya dan lain-lain. Habitat fauna yang dilindungi ini menjadikan lahan basah salah satu daya tarik khusus Ketapang di mata dunia internasional. Mulai dari pengamatan burung Asia Fasifik, bahkan turis asing datang ke Ketapang. Bahkan pemerintahan Jepang pernah mengirim jurnalisnya untuk mengupas keberadaan lahan basah seluas lebih kurang 70.000 hektar ini.

BUKIT BATUDAYA ATAU BUKIT UNTA

Bukit Batudaya atau Bukit Unta adalah sebuah bukit yang sangat unik sekali dimana bentuknya bisa dibilang seperti Unta, memiliki tonjolan – tonjolan layaknya unta. Tetapi yang kawasan ini memiliki nilaI kurang karena di sekeliling Bukit Batudaya ini sudah dipenuhi oleh sawit. Walaupun kawasan ini tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah tetapi letaknya sangat strategis karena dekat jalur transkalimantan yaitu jalan dari Kalimantan Barat menuju Kalimantan Tengah. Bukit ini juga dekat dengan sungai Laur sebagai akses bagi masyarakat Aur Kuning.

Keistimewaan
Bukit Batudaya atau Bukit Unta ini sangat menarik untuk dikunjungi para pemanjat tebing karena memiliki tebing yang cukup menantang. Berdasarkan cerita penduduk sekitar dulunya ada pemanjat asal Jakarta yang jatuh dari sana. Ini membuktikan beratapa menantangnya tebing ini bagi pemanjat tebing. Bagi wisatawan yang bukan pemanjat tebing bisa menikmati keindahan alam yang disediakan oleh bukit ini.

Lokasi
Secara administratif Bukit Batudaya atau Bukit Unta berada di wilayah Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia.

Akses
Untuk mencapai kawasan ini bisa menggunakan satu jalur, tetapi kita bisa menggunakan bus dan travel kurang lebih selama 5 jam dan menggunakan sepeda motor 4 jam menuju Aur kuning.

Harga Tiket
Untuk harga tiket tidak dipungut untuk para wisatawan yang berkunjung.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Tidak ada fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.




Pantai Sandai Ketapang

Kecamatan Hulu Sungai merupakan Kecamatan baru hasil pemekaran kecamatan Induk Sandai. Letaknya berbatasan dengan Kalteng, Kec. Laor dan Kec. Sandai. Kecamatan ini terkenal dengan legenda “Pupu Tagua” tanah asli , yang diduga juga menurunkan keturunan raja raja Kerajaan Tanjung pura. kononPutri junjung Buih yang dikenal juga dengan dayang potong adalah anak raja Hulu Air yang dianyutkan ke Sungai Pawan kemudian ditemukan dan dipeleihara oleh Rangge Sentap dan kemudian mendapat jodoh Prabu Jaya seorang pangeran dari salah satu kerajaan Singosari yang kemudian menjadi Raja Pertama Kerajaan Tanjungpura. Kecamatan Hulu sungai ini mernurut kepala kantor Informasi, kebudayaan dan Pariwisata Ketapang Yudo Sudarto, Kecamatan ini memiliki alam yang indah. Salah satu nya adalah air terjun sungai “Batang Kawah" yang terletak di desa beginci , Daya tariknya keindahan alam berupa air terjun dan riam diskitar sungai yang dapat dijadikan untuk oleh raga arung jeram, yang terkenal dengan nama loncatan macan 33, karena mempunyai tikungan yang tajam sebanyak 33 yang letaknya dibawah air terjun Batang Kawah. Bahkan sumber air terjun ini juga dapat dijadikan sumber enerji bagi listrik hidro mikro. Namun kendalanya menurut Yudo, tranportasi yang cukup jauh dari ibukota kecamatan Hulu Sunagai yaitu Menyubung maupun dari Kecamatan Sandai menjadikan obyek ini kurang mendapat perhatian. Belum lagi masih terbatas sarana tranportasi untuk menuju daerah ini sehinga untuk menuju di lokasi ini diperlukan waktu 3-4 jam menysusuri sungai Beginci. Pada tahun 1825 George Muller, penjelajah dari Belanda, merupakan orang pertama yang menjelajahi pantai timur Kalimantan hingga ke pantai barat, konon sampai juga ke Bukit Sebayan yang berada di Desa Beginci ini. Bukit Sebayan selain memiliki keanekaragaman biodiversity yang tinggi tumbuhan/satwa ; aliran anak sungai yang sangat jernih berasal dari air terjun/riam di puncak bukit; suara kicauan burung dan pekikan dari berbagai satwa, kesemuanya dapat disaksikan dan dirasakan didesa Beginci.Seperti halnya penduduk asli pedalaman Kalimantan umumnya, masyarakat yang berada di sekitar taman nasional ini sebagian besar berasal dari suku Dayak. Desa ini juga masih merupakan desa yang terisolir, karena hanya dapat dilalui menggunakan motor air atau speet boat. Menurut Camat Hulu Sungai Drs. Hajilin, Daerah ini konon juga masih menjadi sengketa batas dengan propisi Kalteng. Karena menurut cerita dulunya merupakan wilayah kekuasaan raja Kalteng yang kawin dengan salah satu raja di Tanjungpura. Diakui bahwa pembinaan ke daerah ini masih kurang, karena letaknya yang cukup jauh dengan sarana tranportsi terbatas. Pihaknya mengkawatirkan bahwa wilayah ini akan diklaim oleh pihak Kalteng, karena kawasan ini merupakan daerah perbatasan. Dan masyarakat Kalteng sendiri menurut legenda mengakui bahwa wilayah ini adalah termasuk wilayah kerajaan Kalteng,tempo dulu. Untuk itu pihak Kecmatan Hulu Sungai akan menjernihkan permasalahan ini, mengingat selama ini obyek wisata tersebut memang masuh daerah Ketapang khusunya Kecamatan Hulu Sungai.

Jumat, 10 Juni 2011

Wisata Rohani Riam Macan

Riam Macan

Riam Macan Salah satu tempat wisata rohani di Kabupaten Sanggau terdapat di Riam macan Goa Maria. Wisata air terjun dengan ketinggian mencapai 20 meter, Goa yang terdapat patung Bunda Maria yang dijadikan simbol tempat wisata rohani sering dikunjungi warga untuk menikmati keindahan alam dan sejuknya air pegunungan.

Sungai dengan batu – batu besar menambah apik pemandangan mata dibawah pohon – pohon besar. Sebelum mencapai sumber air terjun wisatawan dapat menikmati perjalanan kaki menuruni anak tangga yang cukup melelahkan. Namun pastinya sangat baik untuk kesehatan, karena riam macan goa Maria merupakan tempat wisata rohani yang dapat menyegarkan dan dapat menyejukkan iman

Air Terjun dan Batu Unik di Batang Tarang

Air Terjun dan Batu Unik
Kawasan wisata alam Gunung Tiong Kandang kita dapat menyaksikan Air Terjun Kajang dan Air Terjun Nosok. Air terjun Kajang memiliki tiga tingkatan terletak di sebelah utara Dusun Mangkit. Air terjun ini digunakan masyarakat sebagai irigasi pertanian dan sumber air minum. Sebelah selatan pemukiman Dusun Mangkit terdapat pula air terjun oleh masyarakat disebut Riam Nosok dengan ketinggian enam meter.

Jika kita mendaki ke puncak Gunung Tiong Kandang melalui Dusun Mangkit akan beristirahat di tengah-tengah gunung Tiong Kandang (pedagi) untuk memulai pendakian ke puncak gunung kita akan melewati sebuah batu dengan ketinggian 160 cm. Batuan ini berbentuk pintu masuk. Batu pintu masuk ini berbentuk lorong yang selalu digunakan masyarakat untuk menuju puncak gunung. Sedangkan dikiri kanan batu terdapat jurang yang sangat dalam.
Keunikan lain Kawasan Wisata Gunung Tiong Kandang  adalah Batu Kulintang dan Batu Pengasih. Disebut Batu Kulintang karena keberadaan batu ini sejak dahulu sampai saat ini bersusun berderet seperti susunan kulintang.
Sedangkan Batu Pengasih merupakan batu yang terletak di puncak gunung Tiong Kandang. Dari batu pengasih ini pula kita dapat memandang keindahan alam yang ada disekitar gunung.
Gunung Tiong Kandang juga merupakan penyuplai buah durian terbesar dari Kecamatan Balai Batang Tarang. Buah durian dari gunung ini dijual kepada pembeli yang sudah menunggu atau buah durian ini diolah menjadi lempok durian oleh sebagian masyarakat di Batang Tarang. Lempoknya terkenal menjadi lempok dari durian Batang Tarang.
Menurut legenda Gunung Tiong Kandang berasal dari seekor Burung Tiong yang berada dalam kandang (sangkar) kemudian tersangkut di atas tunggul kayu. Burung Tiong ini mengumpulkan sampah-sampah dari berbagai jenis sampah-sampah yang berada disekitarnya. Lama kelamaan tumpukan sampah menjadi tumpukan yang meninggi dan membesar menjadi sebuah gunung. Gunung tersebut akhirnya diberi nama Gunung Tiong Kandang.

Kerajaan Tayan

Kerajaan Tayan

* Enam Abad Perjalan Sejarah Kerajaan Tayan

Bermula dari Pengamanan Jalur Upeti pada Kerajaan Matan

PILAR Kerajaan Tayan dimulai awal abad 15 atau sekitar tahun 1450. Gusti Lekar, anak kedua Panembahan Dikiri, Raja Matan yang mendirikan Kerajaan Tayan. Awalnya kedatangan Gusti Lekar ke wilayah Tayan untuk mengamankan jalur upeti rakyat pada Kerajaan Matan.

Jalur pengiriman upeti sebelumnya selalu mendapat gangguan dan perampasan. Itu dilakukan oleh seseorang yang menyatakan diri sebagai raja di Kuala Labai. Keberhasilan Gusti Lekar mengamankan upeti untuk kerajaan ayahnya dibantu seorang suku Dayak bermana Kia Jaga dari Tebang.

Tak berselang lama setelah berhasil mengusir penggangu jalur upeti dan mendirikan Kerajaan Tayan, Gusti Lekar menikahi Enci’ Periuk, anak tunggal Kia Jaga. Mereka dikarunia empat anak, masing-masing diberi nama, Gusti Gagok, Gusti Manggar, Gusti Togok, dan Gusti Perua.

Gusti Lekar mendirikan kerajaan baru, sementara anak pertama Penembahan Dikiri, Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuddin, meneruskan kedudukannya menjadi Raja Matan. Sultan Muhammad Syarifuddin menjadi raja pertama yang memeluk agama Islam. Tuan Syech Syamsuddin lah yang memperkenalkan agama Islam padanya. Selain memeluk agama Islam, ia juga mendapat hadiah Al-quran kecil dan cincin bermata jamrud merah dari Makkah.

Sejarah Kerajaan Tayan diteruskan anak, cucu, dan cicit Gusti Lekar, setelah ia wafat dan dimakamkan di bukit dekat Kota Meliau masih dalam wilayah Kerajaan Tayan.

Terdapat tiga versi asal usul nama Tayan di masyarakat. Ada yang menyatakan nama Tayan diambil dari kondisi tanah Ujung Tanjung, tempat berdiri Kota Tayan, sehingga Tayan diartikan tanah tajam. Tapi ada yang mengartikan Tayan sebagai kota besar (tai: besar dan an: kota). Tempayan yang ditenggelamkan di muara Sungai Tayan sebagai tanda mulai berdirinya Kota Tayan juga dijadikan sumber nama Tayan.

Sejak mangkatnya Gusti Lekar, ibukota Kerajaan Tayan dipindahkan ke Rayang. Sampai sekarang di sana masih terdapat peninggalan makam raja-raja dan meriam. Konon meriam itu tidak dapat dipindahkan ke tempat lain dan ada saat-saat tertentu posisinya berubah sendiri.

Ibukota kerajaan pindah kembali ketempat semula di muara Sungai Kemilun 700 meter dari muara Sungai Tayan. Pemindahan dilakukan cicit Gusti Lekar, Gusti Kamarudin, setelah sakit kulitnya yang dideritanya sembuh oleh ikan patin yang memakan kulit kaki raja ketika merendam kaki di sungai. Wabah penyakit kulit itu melanda seluruh kerajaan.

Semasa kekuasaannya, Kerajaan Tayan berperang dengan Kerajaan Pontianak dan Sanggau. Pihak Gusti Kamarudin diserang pula oleh sentiam orang-orang China yang membuat terowongan satu kilometer menuju istana dari balik buki Hujan Emas.

Kerajaan Tayan juga pernah mengikat kontrak dengan Belanda pada 12 November 1822, pada kekuasaan Gusti Mekah, anak Gusti Kamaruddin. Setelah wafat, ia digantikan adiknya Gusti Repa. Tapi setelah Gusti Repa wafat, kekuasaan beralih ke adik Gusti Kamaruddin, Utin Blondo.

Semasa ia memerintah, Belanda ingin mengubah perjanjian dengan syarat yang memberatkan rakyat. Utin Blondo jelas menolak keras dan marah. Sepertinya hubungan itu baru membaik, pada kekuasaan cicitnya Gusti Muhammad Ali. Waktu itu, 26 Februari 1890, Belanda mengembalikan kekuasaan Kerajaan Meliau padanya. Itu dilakukan setelah Raja Meliau Raden Abdul Salam melepaskan kekuasaannya pada Belanda. Gusti Muhammad Ali juga memindahkan Keraton Tayan ke Kampung Pedalaman, lokasi keraton sekarang.

Obyek Wisata Kab. Sanggau, Kalbar





PANCUR AJI

Terletak ± 6 km dari kota Sanggau. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dan melalui sungai. Pancur Aji memiliki nilai historis, dimana dulu lokasi ini merupakan tempat persembunyian raja Bujang Malaka untuk membentengi diri dari kejaran musuh, hingga sekarang Pancur Aji masih memiliki benteng tersebut. Terdapat legenda bahwa meriam yang terdapat di Pancur Aji akan berbunyi jika ada bencana yang akan datang. Lokasinya yang sangat menarik serta memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai tempat wisata, membuat Pemerintah Daerah merencanakan membangun areal sekitar 1.154 Ha di Pancur Aji untuk dijadikan tempat wisata yang didalamnya terdapat kebun binatang, taman bunga, taman bermain, tempat penginapan, rumah makan dan transportasi. Banyaknya air terjun dapat dijadikan sebagai tempat pemandian yang mengasikkan oleh pengunjung. Arealnya masih luas dapat dijadikan tempat olah raga seperti sepeda gunung, penjelajahan dan lain-lain maupun untuk penelitian. Disini juga terdapat tanaman tengkawang yang ditanami pada areal seluas 200 ha dan merupakan tanaman yang dilindungi, buah tengkawang dapat dijadikan bahan dasar kosmetik, minyak, margarin serta sabun sedangkan kayunya dijadikan sebagai bahan bangunan.

pancur-ajipancur-aji-depanpancur-aji-nampang

SIPATN LOTUP

Jika kita menyusuri kabupaten Sanggau melalui sungai maka dipersimpangan kecamatan Kembayan kita akan melalui Kecamatan Jangkang yang memiliki keunikan alam dan merupakan ciri khas yang berbeda dengan Kecamatan lainnya. disini akan ditemukan sumber air panas yang oleh penduduk setempat menyebutnya dengan SIPATN LOTUP yang jika diartikan adalah air yang mendidih ( meletup – letup ). disebut keanehan karena dikecamatan jangkang maupun kabupaten sanggau sendiri tidak memiliki gunung berapi yang biasanya banyak mengandung sulphur atau belerang sebagai salah satu unsur yang dapat menciptakan sumber air panas. Sipatn Lotup sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. dan sumber air panasnya konon dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit.

DANAU LAIT

Selain memberikan panorama alam yang sangat indah, danau lait merupakan tempat yang nyaman untuk bersantai, memancing, bersampan maupun kemping letaknya yang agak tersembunyi membuat perjalanan kita u8ntuk menemukannya sangat mengasyikkan. dan kelelahan yng ditimbulkan dalam mencapai lokasi ini akan hilang begitu kita melihat pemandangan yang disajikan oleh danau ini. berlokasi di Tayan Hilir sekitar 2 jam dengan menggunakan mobil.

GOA THANG RAYA

Thang Raya yang berada di Kecamatan Beduai memiliki panjang 100 m. Goa ini sangat bagus untuk dikunjungi karena terdapat batu – batu yang membentuk relief – relief berlokasi sekitar 100 m dari kota Sanggau.

goa-thang-raya

TIONG KANDANG

Adalah bukit yang tertinggi dikabupaten sanggau. berlokasi dikecamatan balai yang berjarak 64 km dari kota Sanggau untuk ke Kecamatan Balai dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat yang memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. untuk mencapau bukit Tiong Kandang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua. dari atas bukit dapat dilihat pemandangan yang sangat bagus. Tiong Kandang dapat pula dijadikan sebagai lokasi olah raga wisata seperti pendakian maupun penjelajahan serta bagi mereka yang sangat senang hidup dialam, bukit Tiong Kandang merupakan tempat yang tepat untuk berkemping.

bukit tiong kandang

AIR TERJUN SIRIN PUNTI

Berlokasi dikecamatan Entikong sekitar 2 jam dari kota Sanggau. telah banyak masyarakat setempat maupun wisatawan luar yang mengunjungi lokasi ini. karena memiliki panorama yang sangat indah. udara bersih yang dikelilingi oleh pepohonan dan tempat yang tepat bagi mereka yang ingin relax. lokasinya yang berada didalam hutan merupakan tantangan tersendiri bagi mereka yang menyukai petualangan.

sirin-punti

HUTAN BELIAN

Suatu keasikan tersendiri untuk memasuki hutan belian mengingat fauna ini merupakan tanaman langka dan dilindungi oleh pemerintah mengingat jumlahnya yang sudah semakin sedikit. Kayu ini banyak menjadi incaran orang karena kualitasnya yang sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan bangunan maupun home industri, pada masa pendudukan Belanda kayu ini banyak dibawa ke negeri Belanda sebagai bahan dasar untuk membangun dam. Hutan ini dapat ditemukan diwilayah Plomas Mengkong sekitar 15 Km dari kota Sanggau.

belianSumber : http://www.p2md.or.id

Filed under: Wisata Alam Ditandai: | air terjun, kalimantan barat, pancuran, sanggau, Wisata, Wisata Alam

Bird Watching

Kab Ketapang merupakan kawasan yang cukup special, mengapa???
Karena Ketapang merupakan kawasan perlintasan burung yang berimigran dan merupakan tempat persinggahan para burung – burung unik dan langka. Jadi bagi anda ingin melihat dan mengamati burung ini langsung saja dating ke Ketapang.
Ada banyak titik – titik persinggahan burung – burung ini, seperti Pantai Air Mati, Pantai Sungai Jawi dan lain – lain.
Ada burung langka yang baru ditemukan di Ketapang, Kalimantan Barat. Burung itu dikenal dengan nama Gajahan Timur atau dengan nama Latin Numenius madagascariensis atau Far Eastern curlew.r . Agak rumit, yah nama latinnya!
Burung Gajahan itu ditemukan oleh Komunitas Burung Ketapang. Secara tidak sengaja, burung itu terlihat sedang mencari makan di tepi pantai Dusun Segak, Desa Sei Jawi, Kecamatan Matan Hilir, arah selatan Ketapang.
Burung gajah ini baru pertama kali ditemukan di Ketapang, lho. Pengamat burung dari Belanda, Dr Bas van Balen, menjelaskan, belum ada catatan tentang penemuan burung Gajahan Timur di Kalimantan Barat.
Penemuan itu, kata van Balen, menghapus teori tentang burung berkik di Kalimantan Barat. Ia menambahkan, burung Gajah itu harus diteliti lagi. Mungkin saja, masih ada burung gajah lainnya yang belum kelihatan.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang Yudo Sudarto mengatakan, hasil penemuan komunitas itu sangat mengejutkan para pengamat burung nasional dan internasional. Ia juga berharap, burung gajah bisa dilestarikan dan menjadi daya tarik bagi pariwisata, khususnya di Ketapang.
Siapa yang mau lihat burung gajahan? Datang saja ke Ketapang, yah!



Burung gajahan timur ini, baru pertama kali ditemukan di Ketapang, lho. Foto: kompas