Laman

Jumat, 17 Juni 2011

WISATA MELAYU MAKAM KESULTANAN


Selayang Pandang
Makam Batu Layang adalah kompleks permakaman para sultan Kesultanan Kadriah sejak sultan pertama, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, hingga sultan terakhir, Sultan Hamid II Alkadrie. Di kompleks permakaman ini, juga dimakamkan para permaisuri dan pangeran Kesultanan Kadriah Pontianak.
Permakaman Batu Layang telah dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (1771-1808 Masehi). Keberadaan makam ini tidak bisa dilepaskan dari didirikannya Kota Pontianak oleh Syarief Abdurrahman Alkadrie.
Para pengunjung yang akan memasuki makam harus melewati gapura yang dicat dengan warna kuning. Warna kuning ini juga terdapat pada pagar semen yang mengelilingi kompleks permakaman. Setelah melewati gapura dan menunju pintu masuk, pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki.
Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, pendiri Kesultanan Kadriah Pontianak, terlihat menjadi sentral dari areal permakaman ini. Makam ini terletak di tengah, lurus dengan jalan ketika para pengunjung akan memasuki kompleks permakaman.
Makam Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie ditempatkan di ruangan tersendiri yang mirip dengan bunker kecil sehingga para pengunjung yang akan memasuki makam tersebut harus menundukkan kepala. Pembuatan tempat semacam ini lebih bermakna simbolis, yaitu dengan maksud agar para pengunjung yang akan masuk menundukkan kepala sebagai wujud penghormatan kepada sang pendiri Kesultanan Kadriah Pontianak.

Makam para sultan di sini kebanyakan mempunyai warna nisan yang sama, yaitu berwarna emas. Selain itu, nisan-nisan di permakaman ini juga ditulisi huruf Arab yang melambangkan bahwa Kesultanan Kadriah Pontianak memang bernafaskan Islam. Hal ini sesuai dengan sejarah pendirian Kesultanan Kadriah Pontianak oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang merupakan seorang ulama dari daerah yang bernama Hadramaut, Yaman Selatan.
Makam para sultan
Perpaduan warna kuning (emas) yang melambangkan warna khas Melayu dipadu dengan tulisan Arab yang bernuansa Islam menunjukkan bahwa Kesultanan Kadriah Pontianak dibangun berdasarkan percampuran budaya, setidaknya didominasi oleh dua kebudayaan, yaitu Arab dan Melayu. Cerminan perpaduan kebudayaan ini bahkan terbawa pada bentuk nisan dan makam yang ada di Batu Layang ini.
Di luar kompleks permakaman, tampak gundukan batu yang dicat dengan warna hijau. Gundukan inilah yang disebut sebagai Batu Layang. Di dekat Batu Layang, terdapat sebuah meriam yang dicat dengan warna kuning Inilah yang disebut Batu Layang.
Makam Batu Layang biasa ramai dikunjungi menjelang atau pada saat hari-hari besar Islam seperti Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain.
B. Keistimewaan
Makam Batu Layang adalah tempat permakaman bagi para sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak. Tempat ini menyimpan bukti sejarah tentang kebesaran Kesultanan Kadriah dan cikal bakal berdirinya Kota Pontianak. Arsitektur bangunan (nisan) yang merupakan perpaduan budaya Islam dan Melayu jelas terlihat di makam ini.
C. Lokasi
Makam para sultan di Kesultanan Kadriah Pontianak terletak di daerah yang bernama Batu Layang, kira-kira berjarak 15 kilometer dari muara Sungai Kapuas atau 2 kilometer dari Tugu Khatulistiwa di Batu Layang, Pontianak.
D. Harga Tiket
Pengunjung yang akan berziarah ke Makam Batu Layang tidak dipungut biaya masuk.
E. Akses
Makam Batu Layang bisa dicapai dengan menggunakan mobil sekitar 15 menit dari Tugu Khatulistiwa. Bisa pula ditempuh dengan menggunakan transportasi air berupa sampan dari Pelabuhan Kota Pontianak dengan tarif Rp 10.000,00 sekali jalan.


F. Fasilitas dan Akomodasi Lainnya
Di luar kompleks permakaman, terdapat surau yang bisa digunakan untuk sholat sekaligus mendoakan arwah para sultan dan keluarga sultan yang telah dimakamkan di Makam Batu Layang. Selain surau, di sekitar makam juga terdapat warung-warung kecil yang menyediakan berbagai makanan dan minuman untuk melayani para pengunjung yang ingin makan dan minum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar