Laman

Jumat, 17 Juni 2011

WISATA SUNGAI KAPUAS


Selayang Pandang
Sungai Kapuas membentang dari Provinsi Kalimantan Barat Hingga Kalimantan Selatan. Panjangnya mencapai 1.143 km dan merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Di antara kebudayaan-kebudayaan yang ada di sepanjang Sungai Kapuas, aliran sungai ini melewati Kota Pontianak. Meskipun sepenggal namun aliran Sungai Kapuas adalah urat nadi dari Kota Pontianak. Sungai Kapuas Pontianak adalah pusat jalur perdagangan dan transportasi. Sehari-harinya berbagai jenis moda transportasi air tumpah ruah di sungai ini. Kapal motor, perahu-perahu tradisional serta kapal-kapal pengangkut hasil bumi hilir mudik menghiasi sungai. Bagi siapa pun yang pertama kali berkunjung ke Sungai Kapuas Pontianak, pemandangan hilir mudik kapal-kapal tersebut pasti akan membuat decak kagum bahwa ternyata kapal-kapal tersebut mengapung di atas sebuah sungai.
Panjang Sungai ini memang mencolok mata, begitu pun lebarnya. Tercatat rata-rata lebar Sungai Kapuas Pontianak adalah 400-700 meter. Jika dibandingkan dengan jalan di darat, di belahan bumi mana pun tidak ada jalan raya selebar itu. Secara keseluruhan aliran Sungai Kapuas yang dapat dilayari oleh kapal besar seukuran ferry adalah sepanjang 800 km atau hingga ke Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Jarak tersebut hampir sama dengan jarak antara Kota Surabaya-Jakarta.
Sungai Kapuas Pontianak dengan percabangan dua anak sungainya yakni Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak, membelah Kota Pontianak menjadi 3 bagian. Yakni Pontianak Barat dan Selatan, Pontianak Timur, dan Pontianak Utara. Ada dua jembatan yang membentang di atas Sungai Kapuas Pontianak dan anak sungainya. Yang pertama adalah Jembatan Kapuas sepanjang 410 meter dibangun tahun 1983, menghubungkan Pontianak Selatan dengan Timur. Sedangkan Jembatan Landak sepanjang 319 meter menghubungkan Pontianak Timur dengan Utara. Selain pembagian di atas, ada juga pembagian yang lazim dipakai oleh warga. Yang pertama adalah kawasan kota, kawasan yang terdiri dari perkebunan dan sedikit kota serta, yang terakhir adalah kawasan kota lama. Dengan pembagian ini bisa ditunjukkan kilas sejarah dan perkembangan warga di sekitar sungai.
Di kawasan kota, wisatawan dapat melihat hiruk pikuk aktivitas kota versi warga Pontianak. Di wilayah ini juga terdapat bangunan-bangunan baru yang dibangun dengan lebih mempertimbangkan aspek fungsionalnya dibanding keaslian arsitekstur asli Pontianak. Namun sayang, pemanfaatan Sungai Kapuas Pontianak di kawasan ini memudar seiring makin berkembangnya kawasan kontinental. Di kawasan kedua, sisa dari kehidupan Kota Pontianak masih terlihat, namun kawasan ini didominasi oleh perkebunan terutama kelapa sawit. Di sinilah banyak dijumpai kapal-kapal pengangkut hasil perkebunan serta hasil bumi lain seperti kayu, batu bara dan pasir. Sedangkan, kawasan kota lama merupakan propotipe masyarakat tradisonal Sungai Kapuas. Warga di kawasan ini, sebagian besar masih mengandalkan kehidupan ekonominya dengan mencari ikan di sepanjang Sungai Kapuas. Cara dan perlengkapan yang digunakan juga masih tradisonal. Di atas perahu kayu, warga pencari ikan ini bisa mengunduh sekitar 300 jenis ikan yang memang mendiami Sungai Kapuas. Salah satu ikan yang menjadi primadona adalah ikan patin.
Sebagaimana kebudayaan lain di sepanjang Sungai Kapuas, sungai ini juga berperan dalam sejarah berdirinya Kota Pontianak. Pada tahun 1192 H 23 Oktober 1771 (14 Radjab 1185 H), pendiri Kota Pontianak yakni Syarif Abdurrahman Alkadrie pertama kali mendirikan balai dan rumah di persimpangan tiga antara Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak. Balai dan rumah inilah yang menjadi cikal bakal Kasultanan Pontianak. Menurut cerita, pendirian balai dan rumah Syarif Abdurrahman ini dimulai tatkala dia diganggu oleh sejenis hantu kuntilanak. Untuk mengusir gangguan hantu tersebut Syarif Abdurrahman pergi menyusuri Sungai Kapuas Pontianak dan akhirnya melepaskan tembakan meriam. Lokasi dimana peluru meriam jatuh itulah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu meluncur melewati simpang tiga Sungai Kapuas, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak kemudian jatuh di daerah yang kini lebih dikenal dengan Beting Kampung Dalam Bugis Pontianak Timur atau Kota Pontianak. Jejak rekam sejarah seperti itulah yang menjadikan Sungai Kapuas tersimbolisasi dalam lambang Kota Pontianak
B. Keistimewaan
Fungsi ekonomi, sosial dan transportasi yang diakomodasi dengan sangat baik oleh Sungai Kapuas Pontianak, menjadikan sungai ini pusat dari semua aktivitas warga Pontianak. Di pagi hari wisatawan dapat menikmati indahnya landskap langit yang menaungi sungai ini. Kapal-kapal yang sedang berlabuh di sisi sungai bisa menambah indahnya lanskap ini. Kombinasi objek tersebut tentunya cocok jika dibidik lensa kamera dari jarak jauh.


Suasana Pagi di Sungai Kapuas
Sumber Foto: http://khatulistiwa.site50.ne
Mengunjungi Pontianak tanpa menyusuri Sungai Kapuas hampir serupa dengan peribahasa sayur tanpa garam. Dengan menyusuri Sungai Kapuas ini wisatawan bisa melihat keseharian warga sekitar. Kebiasaan mandi di pinggir sungai masih lazim ditemui. Kebiasaan mandi ini sendiri biasanya dilakukan oleh warga sebanyak tiga kali dalam sehari. Beragamnya etnis suku warga yang tinggal di sekitar Sungai juga bisa dinikmati sebagai sajian wisata budaya. Campur baur etnis Melayu, Banjar, Dayak, Tionghoa serta etnis lain, menjadikan Sungai Kapuas Pontianak kaya akan hasil akulturasi budaya. Salah satunya bisa terlihat dari logat berbicara serta masakan-masakan peranakkannya.
Bagi penikmat kuliner, jajaran rumah makan di sisi sungai juga tidak bisa dilewatkan. Beragam menu khas seperti kerupuk basah, ikan tomar bakar serta aneka menu berbahan dasar ikan air tawar sukar dilupakan lidah, mengingat ikan-ikan tersebut di dapat asli dari Sungai Kapuas. Selain itu, di sepanjang Sungai Kapuas. Wisatawan juga bisa menjumpai beragamnya arsitekstur bangunan penduduk. Di antarannya bangunan di kawasan pecinan, arsitekstur peninggalan Kasultanan Pontianak seperti Masjid Jami’, serta Keraton Kadriyah yang letaknya ada di delta sungai di kawasan kota lama.
Shalat Ied di Sungai Kapuas Pontianak
C. Lokasi
Sungai Kapuas Pontianak, terletak di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
D. Akses
Dari kota Pontianak, wisatawan dapat memulai perjaanan menuju Sungai Kapuas Pontianak melalui Jalan Gajahmada. Setelah itu, wisatawan menggunakan moda angkutan darat berupa oplet (sebutan angkutan umum dalam Bahasa Melayu) jurusan Tanjung Hilir. Trayek angkutan ini bisa dikenali dari cat mobilnya yaitu putih dengan garis hijau tua. Dalam perjalanan ini titik pemberhentian wisatawan adalah Kraton Kadriyan. Ongkos angkutan ini berkisar Rp. 2.000-3.000 (Januari 2008).
E. Harga Tiket
Pengunjung bisa menelusuri wisata Sungai Kapuas Pontianak secara gratis, karena objek ini tidak memungut tarif biaya masuk
F. Akomasi dan Fasilitas Lainnya
Di sepanjang Sungai Kapuas Pontianak, terdapat rumah makan dan restoran khas Pontianak dengan menu-menu ikan yang sebagian besar berasal dari Sungai Kapuas. Persebaran yang sama juga untuk akomodasi berupa penginapan. Bagi wisatawan yang memilih kualifikasi hotel berbintang, di jantung kota Pontianak terdapat beberapa pilihan yang bisa menjadi alternatif. Sementara itu di bagian hulu sungai, toko sovenir serta art shop siap melayani kebutuhan wisatawan akan cinderamata dan kerajinan khas Pontianak.

Biasanya untuk memulai perjalanan menyusuri Sungai Kapuas Pontianak, wisatawan mengawali dengan berkunjung ke Kraton Kadriyah. Setelah sampai di keraton, wisatawan bisa mencoba keahlian tawar-menawar untuk menyewa sampang. Rata-rata sewa sampan dimulai dari Rp 20.000. Besar-kecilnya tarif sewa juga didasarkan pada rute yang akan ditempuh. Bagi wisatawan yang ingin menyusuri sungai dengan membawa makanan, berbagai macam makanan ringan khas Pontianak dapat terlebih dahulu di sekitar keraton dengan harga Rp 500-Rp 5.000. Selain menggunakan moda perahu sampan, disediakan pula moda kapal ferry berkapasitas sekitar 50 orang yang disediakan biro-biro perjalanan wisata. Perjalanan kapal ferry ini dimulai dari Dermaga Kampung Beting yang berlokasi tak seberapa jauh dari Masjid Jami’ dan berlangsung sekitar 2 jam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar